Sabtu, 07 Mei 2011

Renungan

1. Sebuah titik
Ada seorang profesor yang mengaku paling pintar di dunia.  Suatu hari, orang itu bertemu dengan orang buta. Orang itu itu berkata kepada profesor, "Benarkah anda adalah orang pintar di dunia ini?". "Benar sekali. Saya bisa menjelaskan apa saja yang ada di dunia ini.", kata Profesor itu. "Baiklah. Saya adalah orang buta sejak lahir. Bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana bentuk bus?", kata orang itu. "Bentuk bus itu balok", kata profesor. "Apa itu balok?", tanya si buta. "Bangun ruang yang terdiri dari 2 persegi dan 4 persegi panjang", jawab profesor. "Apa itu persegi?", "Bangun datar yang terdiri dari empat garis sama panjang", "Apa itu garis?", "Gambar yang terdiri dari beberapa titik yang berbaris lurus", "Apa itu titik?", profesor itu kehabisan kata-kata.
Jika anda menjadi profesor itu, bisakah anda menjelaskannya?

2. Seorang petani
Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anakya, kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya,



Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku

Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku

Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku

Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku

Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku

Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do’amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu, Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?

Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???

…...Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….

………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?

………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai.

“HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ? ”

3. Keadilan
Cerita ini terjadi di kota New York pada pertengahan 1930an ketika AS mengalami depresi ekonomi. Saat itu hari amat dingin. Di seluruh penjuru kota , orang-orang miskin nyaris kelaparan.



Di suatu ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk menyimak tuntutan terhadap seorang wanita yang dituduh mencuri septong roti. Wanita itu berdalih bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan, dan karena suaminya telah meninggalkan dirinya. Tetap saja penjaga toko yang rotinya dicuri menolak untuk membatalkan tuntutan. Ia memaksa bahwa wanita itu harus dihukum untuk menjadi contoh bagi yang lainnya.

Hakim itu menghela nafasnya. Sebenarnya ia enggan menghakimi wanita ini.
Tetapi ia tidak punya pilihan lain. "Maafkan saya," katanya sambil memandang wanita itu. "Saya tidak bisa membuat pengecualian. Hukum adalah hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda kamu sepuluh dolar, dan jika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu harus masuk penjara sepuluh hari."

Wanita itu tertunduk, hatinya remuk. Tanpa disadarinya, sang hakim mencopot topinya, mengambil uang sepuluh dolar dari dompetnya, dan meletakkan uang itu dalam topinya. Ia berkata kepada pengunjung sidang:
"Saya juga mendenda masing-masing orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh sen karena tinggal dan hidup di kota dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk menyelamatkan cucunya dari kelaparan. Tuan Bailiff, tolong kumpulkan dendanya dalam topi ini lalu berikan kepada terdakwa."

Akhir cerita, wanita itu meninggalkan ruang sidang sambil mengantongi empat puluh tujuh dolar dan lima puluh sen, termasuk di dalamnya lima puluh sen yang dibayarkan oleh penjaga toko yang malu karena telah menuntutnya. Tepuk tangan meriah dari kumpulan penjahat kecil, polisi New York , dan staf pengadilan yang berada dalam ruangan sidang mengiringi kepergian wanita itu.

4. Ayah
Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.



Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.


Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya.

Anak wanita itu berguman : "Aku tidak mengerti."



Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."

Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."

Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.

Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "



"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya."



"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."



"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "



"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, di dalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.""

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."


"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggungjawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."



Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh.

Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya.

" AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."



Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...



With Love

to All Father



Berbahagialah yang masih memiliki Ayah.

Dan lakukanlah yang terbaik untuknya.

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah.

Dan lakukanlah yang terbaik buat keluarga.

5. Kebencian
Seorang gadis baru menikah dengan pria idamannya dan tinggal di Wisma Mertua Indah.
Dalam waktu singkat, ia mengetahui bahwa ia sangat tidak cocok tinggal dengan ibu mertuanya, dikarenakan karakter mereka sangat jauh berbeda. dan ia sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.



Hari berganti hari begiti pula bulan berganti bulan, ia dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar, dan yang membuat ia semakin kesal adalah adat istiadat di daerah itu yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati peraturannya.

Semua kemarahan dan ketidak bahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang sangat mendalam pada hati suaminya yang berjiwa sederhana.

Akhirnya ia tidak tahan lagi dengan sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya, dan ia benar-benar telah bertekat untuk melakukan sesuatu.
Ia lalu pergi menjumpai seseorang teman ayahnya dan mempunyai Toko Obat Cina.

Ia menceritakan situasinya dan meminta untuk dibuatkan ramuan racun yang sangat kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.
Teman ayahnya tersebut berpikir keras sejenak lalu berkata "Saya mau membantu kamu menyelesaikan masalah mu, tetapi kamu harus mendengarkan dan mentaati apa yang saya sarankan?".
Lalu ia berkata " baiklah saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan. Apa yang harus saya perbuat?"
Lalu teman ayahnya tersebut masuk kedalam dan tak lama kemudian kembali dengan membawa segenggam bungkusan.
Kemudian berkata "Kamu tidak bisa memakai racun yang keras dan mematikan seketika untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang akan menjadi curiga, oleh karena itu saya akan memberimu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang perlahan-lahan akan menjadi racun dalam tubuhnya".
teman ayahnya melanjutkan " Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini kedalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, ka mu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya taati semua kehendaknya dan perlakukan dia layaknya seorang ratu".

Ia sangat senang. kemudian berterima kasih kepada teman ayahnya tersebut dan buru-buru pulang kerumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya.

Hari demi hari, minggu demi minggu pun telah berlalu.
setiap hari ia melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah "dibumbuinya".
Ia mengingat semua petunjuk dari teman ayahnya tentang hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya dan mentaati perintah ibu mertuanya serta memperlakukan layaknya ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis.
Ia sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah marah lagi atau kesal,
Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir, karena ia mendapatkan ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya.

Sikap ibu mertua terhadapnya telah berubah dan mulai mencintainya seperti putrinya sendiri.
Ibu mertuanya terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa dia adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh.
Ia dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain layaknya seorang ibui dan anak yang sesungguhnya. Suaminya pun sangat bahagia me nyaksikan semua ini terjadi.

Suatu hari ia pergi ke Toko Ramuan untuk menemui teman ayahnya dan meminta bantuannya sekali lagi.
Ia berkata " Pak, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya!!.. Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau dia mati karena racun yang saya berikan kepadanya"
Teman ayahnya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau"
Ia melanjutkan "Satu-satunya racun yang ada adalah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya, tetapi semua itu telah tersapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya."

SADARKAH ANDA BAHWA SEBAGAIMANA ANDA MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN MAKA DEMIKIANLAH PERSIS MEREKA MEMPERLAKUKAN ANDA?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar